Catatan iseng :
Saya ingin menceritakan sesuatu yang mengganggu pikiran. Saya memang pandai menyimpan dan cenderung bersikap “tidak terjadi apa-apa”. Namun, lama-lama rasanya saya seperti akan meledakkan kemarahan saya dan berteriak histeris.
Ini adalah tentang orang-orang yang susah untuk mengerti tentang artinya tanggung jawab. Setahu saya, jika diberi tanggung jawab, orang-orang yang saya kenal pasti akan melakukannya maksimal. Tapi, kali ini saya bingung sendiri. Ada saja orang-orang yang diberi tanggung jawab, malah mencoba mencari-cari alasan untuk tidak mengerjakannya, atau bahkan mengerjakan jika ada maunya.. Padahal, itu untuk kepentingan dia sendiri.
Rasa percaya yang mulai saya bangun, tiba-tiba runtuh, hancur berantakan. Dia tidak menunjukkan hasil apapun. Bahkan, untuk sedikit kemajuan bersama pun tidak ada. Entahlah, mungkin ini hanya pemikiran saya dan amarah yang tidak beralasan.
Mungkin semua berfikir seperti ini ya, jenis manusia yang tidak peka. Tidak mau menghargai apapun yang ada dihadapannya. Mereka hanya peduli pada kepentingan sendiri. Terlebih, mereka suka sesuatu yang tidak membuat mereka rugi.
Jangan sombong kecuali jenazah kita masuk sendiri ke lubang kubur tanpa bantuan orang lain..
Masih jaman ya, memperhitungkan untung rugi di usia segini, apalagi soal ilmu.. bagi dikit saja kan gak bakalan rugi. Kalau saya sih lebih mempertimbangkan manfaat dan pelajaran apa yang bisa saya dapat. Bukan masalah, saya sudah melakukan apa untuk kalian, lalu minta balas jasa. Saya juga tidak mau munafik kalau saya juga butuh dibalas. Tapi, saya tidak berharap dibalas oleh manusia. Balasan kebaikan dari Tuhan lebih berharga dari segalanya.
Santai bang brow, ini hanya cerita yang saya pendam berbulan-bulan. Lelah juga menahannya sendirian. Lelah juga selalu merasa benar. Apa harus begini ya, hidup dilingkungan yang katanya serba “eksklusif”. Saya tidak mengerti apa yang harus dibanggakan jika terus tinggal di tempat ini.
Saya ingin lari, tidak tahan jika harus menjadi orang yang berbeda. Orang mungkin bangga jika dia berbeda dari orang lain. Namun, kasus kali ini lain dari pemikiran mereka. Menjadi berbeda terkadang melelahkan. Manusia juga butuh diterima.
Ada satu teman dekat saya bicara begini, “Terkadang, kita tidak bisa dapat apa-apa dari orang yang sudah lama kita kenal. Sedangkan orang yang baru kita kenal, bisa mengisi hidup kita dengan apa yang kita butuhkan, tanpa sengaja.”
Iya, Hidup itu keras.
Ini adalah tentang orang-orang yang susah untuk mengerti tentang artinya tanggung jawab. Setahu saya, jika diberi tanggung jawab, orang-orang yang saya kenal pasti akan melakukannya maksimal. Tapi, kali ini saya bingung sendiri. Ada saja orang-orang yang diberi tanggung jawab, malah mencoba mencari-cari alasan untuk tidak mengerjakannya, atau bahkan mengerjakan jika ada maunya.. Padahal, itu untuk kepentingan dia sendiri.
Rasa percaya yang mulai saya bangun, tiba-tiba runtuh, hancur berantakan. Dia tidak menunjukkan hasil apapun. Bahkan, untuk sedikit kemajuan bersama pun tidak ada. Entahlah, mungkin ini hanya pemikiran saya dan amarah yang tidak beralasan.
Mungkin semua berfikir seperti ini ya, jenis manusia yang tidak peka. Tidak mau menghargai apapun yang ada dihadapannya. Mereka hanya peduli pada kepentingan sendiri. Terlebih, mereka suka sesuatu yang tidak membuat mereka rugi.
Jangan sombong kecuali jenazah kita masuk sendiri ke lubang kubur tanpa bantuan orang lain..
Masih jaman ya, memperhitungkan untung rugi di usia segini, apalagi soal ilmu.. bagi dikit saja kan gak bakalan rugi. Kalau saya sih lebih mempertimbangkan manfaat dan pelajaran apa yang bisa saya dapat. Bukan masalah, saya sudah melakukan apa untuk kalian, lalu minta balas jasa. Saya juga tidak mau munafik kalau saya juga butuh dibalas. Tapi, saya tidak berharap dibalas oleh manusia. Balasan kebaikan dari Tuhan lebih berharga dari segalanya.
Santai bang brow, ini hanya cerita yang saya pendam berbulan-bulan. Lelah juga menahannya sendirian. Lelah juga selalu merasa benar. Apa harus begini ya, hidup dilingkungan yang katanya serba “eksklusif”. Saya tidak mengerti apa yang harus dibanggakan jika terus tinggal di tempat ini.
Saya ingin lari, tidak tahan jika harus menjadi orang yang berbeda. Orang mungkin bangga jika dia berbeda dari orang lain. Namun, kasus kali ini lain dari pemikiran mereka. Menjadi berbeda terkadang melelahkan. Manusia juga butuh diterima.
Ada satu teman dekat saya bicara begini, “Terkadang, kita tidak bisa dapat apa-apa dari orang yang sudah lama kita kenal. Sedangkan orang yang baru kita kenal, bisa mengisi hidup kita dengan apa yang kita butuhkan, tanpa sengaja.”
Iya, Hidup itu keras.
Iya, karena Hidup ini cuma ada dua pilihan.
Kiri kanan, depan belakang, maju mundur, atas bawah, baik buruk.
Iya, Manusia itu heterogen.
Iya, Manusia itu tingkahnya aneh-aneh...Iya.
Kalau saya lari, saya bakal terus lari dan jatuh ke jurang ya? Kalau saya diam, apakah saya bisa maju? Kalau saya berjalan perlahan, menebas hambatan dan tantangan, apa saya bisa kuat ya? Entahlah ya. Saya masih muda, hidup saya masih panjang. Mungkin seiring berjalannya waktu, saya bisa temukan gairah hidup. Menyelesaikan segala hambatan hingga tuntas.
Iya, Manusia itu heterogen.
Iya, Manusia itu tingkahnya aneh-aneh...Iya.
Kalau saya lari, saya bakal terus lari dan jatuh ke jurang ya? Kalau saya diam, apakah saya bisa maju? Kalau saya berjalan perlahan, menebas hambatan dan tantangan, apa saya bisa kuat ya? Entahlah ya. Saya masih muda, hidup saya masih panjang. Mungkin seiring berjalannya waktu, saya bisa temukan gairah hidup. Menyelesaikan segala hambatan hingga tuntas.