Join pngtree

11:25:00 AM
0
ini tentang kau dan sejuta persepsi....Tentang hari-hari yang telah berlalu dan terlewati dengan nafsu, amarahku. ini Tentang waktu yang kulempar dalam kolong jembatan.saat mata ini tak henti bercucuran, keringat yang terus keluar dan lelahnya badan. maka saat itu, amarahku Seperti Gunung merapi, meledak menyembur ke wajah-wajah asing, tak peduli kau siapa, amarahku pasti akan datang, bersuara dan menyakitkan.awas!

malam itu, bahkan sehari itu, dan dua hari, lalu tiga hari, hinggga seterusnya, bukan setan yang bersila karena sungguh betah tinggal di rumah hati ini, tapi imanku, yang menurun drastis jatuh tanpa ada gaya gesek maupun gaya tarik ke atas, bebas dan lepas, meninggalkan iman yang pecah belah di tanah, berserakan kehilangan arah.

aku yang sedang bergejolak itu, tiada tempat tuk mengadu pada sesuatu yang nyata, berbicara pada malam dan hanya mendapati bulan yang kaku diam membeku menatapku, sedangkan bintang yang hanya satu di ujung atas sana, tertawa, sungguh bodoh diriku berkata dengannya.

hanya ada ini di tanganku, tinta dan seonggok hati yang sedang pilu, hingga akhirnya kukirim tinta hina itu pada dia, pada manusia asing yang sengaja kudekati, manusia asing yang segaja kujadikan alasan tantang kemarahan. Kasihan.

aku tak peduli dan tak akan bicara apa, siapa, mengapa. Aku hanya ingin bicara bagaimana. Bagimana aku tak lagi menjadi krakatau, merapi, atau gunung berapi. Lelah pastinya jiwa dan raga, bukan hanya diriku, namun juga mereka. Aku mengerti tentang seruan untuk bersabar, mengerti tentang perintah menahan amarah maupun dendam. Aku mengerti, mungkin hanya sebatas mengerti, tanpa kupahami.

Sampai saat malam ini muncul dihadapanku, aku ingin bermimpi untuk tidak lagi emosi, aku tak ingin bicara, aku tak ingin tangan ini memukul, aku tak ingin kaki ini berlari. Diam mungkin yang terbaik untukku,. Aku tak ingin menulis, aku tak ingin berpuisi, aku hanya perlu menangis dan mengatakan sesungguhnya, apa yang terjadi..nyatanya aku tetap menulis tanpa menangis

Sederhana, hanya belum dan sulit terasa diusaha.. sangat sulit,hanya belum belum dan butuh penguasaan diri saja.. .
Sekarang Aku harus diam, saat amarah datang. Dia adalah tamu terlarang, yang tak akan mendapat pintu dariku tuk kesekian kali lagi... never and never...

Bukan hanya sebatas untuk menentramkan jiwa, namun juga untuk menjaga mimpi, sebab di sana ada banyak sekali mimpi dan asa, yang tak ingin melihatku menjelma menjadi manusia payah penuh amarah.